Masih terngiang dikepala saya bagaimana kami semua bercanda dalam perjalanan cukup ugal - ugalan antara Bandung Jakarta, membicarakan betapa nistanya nama band kami saat itu. "Urusan Perempuan Dikit!" celetuk saya. Semua tertawa. Bagus bilang, band ini band patah hati. Karena pada saat itu, hanya dia yang jumawa memiliki pacar (kalau tidak salah Sinchan baru putus, begitu pula Dinar). Kami heboh bercanda, seakan tidak ada hari esok untuk dinikmati.
Kawan akrab saya Gumilar, atau yang lebih akrab saya sapa dengan Benny adalah teman yang sangat baik. Saya ingat betul bagaimana awalnya dia login Yahoo!Messenger untuk mengajak saya join di band nya, yang pada saat itu sudah punya dua lagu. "Ah kenapa tidak!" saya pikir. Pertemuan pertama kali kita lakukan di kamarnya. Kamarnya yang dimana saya kagum dengan letak televisinya yang avant-garde (atau ngaco kalo boleh dibilang). Dia meletakan televisi di samping kasur, yang dimana berarti kita harus tidur menyamping untuk menontonnya. Terlepas dari televisi, bertemulah saya dengan kawan kawan baru. Ada Dinar, Egi, dan Sinchan. Kami bertukar pikiran tentang musik, dan keluguan kami dalam mengaransemen bahkan membuat lirik. Ingat betul saya, setiap kali datang untuk briefing band kacrut itu, acap kali saya tidak makan dulu. Karena pasti saya mendapatkan makan gratis di rumah Benny, plus makanannya pun enak. Betapa ramahnya dia mau menjamu orang orang tidak tau malu seperti saya.
Waktu demi waktu berlalu, kita habiskan untuk membahas bagaimana band kita kedepannya. Dari mulai usaha kita untuk merekam EP seadanya di Rooms dengan modal yang tidak lebih dari harga vinyl di Monka Magic sampai ke usaha saya untuk bisa split album dengan band asal, saya lupa ntah itu negara mana ya, Crippled Fox. Setumpuk harapan kami tumpukan untuk band ini, dari mulai yang biasa, sampe yang muluk. Lirik - lirik lugu, dan musik seadanya yang cukup maksa. Dari mulai yang menonton hanya 5 orang, sampai ke penonton di luar kota yang hafal betul lirik lagu kami.
Sampai pada saat dimana kita semua disibukan oleh kegiatan masing - masing. Benny sendiri pun sedang sibuk dengan skripsinya, dan kondisi tubuhnya yang kian melemah dan bergelut dengan penyakitnya. Sampai pada satu hari Benny sampai mengirimkan sms kepada saya, mengajak untuk bermain lagi. Membangkitkan semangat band kacrut itu untuk kembali. Saya terbakar! Ingin sekali rasanya saya merasakan tawa kawan kawan yang tertinggal di perjalan tour kami itu. Namun sayang, kegiatan kawan kawan lainnya cukup padat, begitu pula kegiatan saya sendiri.
Benny kerap kali tetap bersemangat untuk mengajak kita kumpul, menghabiskan berjam jam waktu kita seperti saat biasanya kita menghabiskan waktu di studio (meskipun saya sering sekali terlambat datang). Dia bilang, dia bosan dengan keadaanya. Ingin kembali main musik katanya. Saya juga cukup sedih ketika mendengar, dia menjual gitar nya.
Hari ini saya mendapatkan kabar yang kurang enak, namun juga cukup bikin saya ikhlas dalam menghadapinya. Benny berpulang subuh tadi. Saya ikhlas, karena saya merasa itu adalah hal yang paling baik untuk dia. Saya ingat, seminggu yang lalu, sekitar jam 5 subuh saya Facebook chat dengan Benny. Saya menanyakan kabarnya, yang pada saat itu katanya dia sudah mendingan. Dia mengeluh karena belum pernah mandi selama satu bulan. Kami berdua larut dalam bercanda, sampai saya tertidur. Percakapan saya dengan Benny seputaran belum mandi sebulan hingga akhirnya dia berpulang, jaraknya hanya seminggu.
Sampai jumpa Bagus/Benny/Gummy, teman baik, yang telah mengenalkan saya kepada lusinan teman baik lainnya. Mengenalkan saya yang memang agak kaku, untuk punya teman main. Untuk memberikan kita semua semangat.
Kita semua rindu akan gelak tawa, dan becandaan garing di studio. Aksi diem aja saat manggung, padahal kita udah heboh. Kita semua rindu itu. Semoga tenang disana, maaf Ben saya tidak bisa menemuimu saat kembali.
Satu langkah kedepan, Bang Ben!
Salam.
Kawan baikmu,
Riar.