Yo, how things going on out there? Nicely sun?
Setelah sekian lama malas untuk membuat jurnal dan menulis 'apapun' itu yang sedang ingin saya keluhkan, ahirnya dengan alasan sedikit subtil, dan iming - imingan Wordpress yang menjanjikan banyak hal dari email yang mereka kirim terus menerus (saya pernah mencoba Sign Up di situs satu itu), saya memutuskan untuk kembali menulis jurnal ini. Seperti biasa dan seperti kebanyakan orang lainnya, blog ini hanya berisi rants, whine, dan unek unek lainnya. Yes, feel free untuk mengumpat isi tulisan disini!
Ahir - ahir ini saya tidak bisa membuang pikiran saya jauh - jauh dari karya monumental seorang Adam Green, Hatchet I & II. Romantisme saya terhadap Adam Green kembali terkuak setelah saya menonton Hatchet II awal Januari kemarin. Hatchet terus berotasi di otak saya selama kurang lebih 4 bulan terahir ini, dan sudah genap 8 kali pun saya menonton 2 film tersebut (3 kali untuk Hatchet I periode 3 tahun lalu dan 5 kali untuk Hatchet II dimulai sejak Januari kemarin). Film ini memberikan saya glorifikasi maksimum atas tontonan dijaman Ayah masih sering menyewa VHS untuk kemudian di tonton anaknya, yes (iya, saya tau ayah saya memang sedikit sakit untuk memberikan anaknya tontonan tidak bermutu), 80's slasher on their best way! Dengan kumpulan montase - montase gemilang dari Friday the 13th (4 seri awal), sedikit Motel Hell, dan tentunya sedikit kekonyolan ala Troma, film ini bisa memberikan aplus standing ovationally bagi subjektifitas saya dalam mengapresiasi karya tipikal. Juga, dengan rancangan villain-nya yang tidak terlepas dari kesan badass berlebih. Siapa yang tidak akan takut ketika melihat orang seperti ini muncul di perjalanan kalian pulang?
Victor Crowley itu seperti hal nya Jason di dekade ini, ikonik tanpa harus menjadi overrated.
Jika di tilik lebih jauh dan mungkin akan sangat jauh (mengingat film tipikal seperti ini sama sekali tidak pernah punya pesan apapun selain dosis fun yang berlebih), Hatchet itu punya sindiran tersendiri terhadap rasisme hingga ke dialog - dialog nya yang tentunya tidak secara eksplisit sedikit banyak mengandung sindiran terhadap Redneck, tapi siapa peduli akan hal itu? Ini tontonan tipikal, yang sama sekali tidak perlu mengeluarkan neutron untuk berfikir "mereka ini ingin menyampaikan apa."
Ah, give Adam Green the best shoot! Really loves his works. Berbicara Adam Green, jadi ingat karya dia yang lainnya; Frozen. Frozen mungkin adalah projek serius Adam Green dalam penggarapan film horror - horrornya, Frozen memang tidak jelek, tapi watermark Green's horror menurut saya tetap jatuh di Hatchet. Adam Green terlihat benar benar menikmati romantisme nya dengan sinema busuk amerika 80an.
Sayangnya film seperti Hatchet ini jarang sekali muncul, mungkin karena memang film seperti ini mempunyai target pasar yang sangat segmented dan para produser pun enggan untuk gambling masalah untung tidaknya. Oh, betapa tidak menyenangkan nya hidup di bumi ini ketika semua orang masih meributkan keuntungan dan kerugian. Tapi itulah manusia, manusia tanpa ego dan jiwa adalah mayat.
Anyway, fuck Wordpress!
----------------------------------------------------------------------------
Reading:
Generasi MTv - Dadang Rusbiantoro
The B List: The National Society of Film Critics on The Low-Budget Beauties, Genre-bending, Mavericks, and Cult Classic We Love - David Strerritt & John Anderson
Listening:
Captain Three Leg - Shattered Limbs Braided Into the Spokes of the Death Machine CDR
Jude - Apapun Itu EP
Abadi Soesman Band - Jazz Masa Kini Tape
The Authentics - Pencuri Hati CD
Jeremy Monteiro - Golden Year Inaugural Volume 1 CD
The Foundation - Build Me A Buttercup Single
Tidak ada komentar:
Posting Komentar