5.31.2012

Uno Paso Delante, Benny!



Masih terngiang dikepala saya bagaimana kami semua bercanda dalam perjalanan cukup ugal - ugalan antara Bandung Jakarta, membicarakan betapa nistanya nama band kami saat itu. "Urusan Perempuan Dikit!" celetuk saya. Semua tertawa. Bagus bilang, band ini band patah hati. Karena pada saat itu, hanya dia yang jumawa memiliki pacar (kalau tidak salah Sinchan baru putus, begitu pula Dinar). Kami heboh bercanda, seakan tidak ada hari esok untuk dinikmati.

Kawan akrab saya Gumilar, atau yang lebih akrab saya sapa dengan Benny adalah teman yang sangat baik. Saya ingat betul bagaimana awalnya dia login Yahoo!Messenger untuk mengajak saya join di band nya, yang pada saat itu sudah punya  dua lagu. "Ah kenapa tidak!" saya pikir. Pertemuan pertama kali kita lakukan di kamarnya. Kamarnya yang dimana saya kagum dengan letak televisinya yang avant-garde (atau ngaco kalo boleh dibilang). Dia meletakan televisi di samping kasur, yang dimana berarti kita harus tidur menyamping untuk menontonnya. Terlepas dari televisi, bertemulah saya dengan kawan kawan baru. Ada Dinar, Egi, dan Sinchan. Kami bertukar pikiran tentang musik, dan keluguan kami dalam mengaransemen bahkan membuat lirik. Ingat betul saya, setiap kali datang untuk briefing band kacrut itu, acap kali saya tidak makan dulu. Karena pasti saya mendapatkan makan gratis di rumah Benny, plus makanannya pun enak. Betapa ramahnya dia mau menjamu orang orang tidak tau malu seperti saya.

Waktu demi waktu berlalu, kita habiskan untuk membahas bagaimana band kita kedepannya. Dari mulai usaha kita untuk merekam EP seadanya di Rooms dengan modal yang tidak lebih dari harga vinyl di Monka Magic sampai ke usaha saya untuk bisa split album dengan band asal, saya lupa ntah itu negara mana ya, Crippled Fox. Setumpuk harapan kami tumpukan untuk band ini, dari mulai yang biasa, sampe yang muluk. Lirik - lirik lugu, dan musik seadanya yang cukup maksa. Dari mulai yang menonton hanya 5 orang, sampai ke penonton di luar kota yang hafal betul lirik lagu kami.

Sampai pada saat dimana kita semua disibukan oleh kegiatan masing - masing. Benny sendiri pun sedang sibuk dengan skripsinya, dan kondisi tubuhnya yang kian melemah dan bergelut dengan penyakitnya. Sampai pada satu hari Benny sampai mengirimkan sms kepada saya, mengajak untuk bermain lagi. Membangkitkan semangat band kacrut itu untuk kembali. Saya terbakar! Ingin sekali rasanya saya merasakan tawa kawan kawan yang tertinggal di perjalan tour kami itu. Namun sayang, kegiatan kawan kawan lainnya cukup padat, begitu pula kegiatan saya sendiri.

Benny kerap kali tetap bersemangat untuk mengajak kita kumpul, menghabiskan berjam jam waktu kita seperti saat biasanya kita menghabiskan waktu di studio (meskipun saya sering sekali terlambat datang). Dia bilang, dia bosan dengan keadaanya. Ingin kembali main musik katanya. Saya juga cukup sedih ketika mendengar, dia menjual gitar nya.

Hari ini saya mendapatkan kabar yang kurang enak, namun juga cukup bikin saya ikhlas dalam menghadapinya. Benny berpulang subuh tadi. Saya ikhlas, karena saya merasa itu adalah hal yang paling baik untuk dia. Saya ingat, seminggu yang lalu, sekitar jam 5 subuh saya Facebook chat dengan Benny. Saya menanyakan kabarnya, yang pada saat itu katanya dia sudah mendingan. Dia mengeluh karena belum pernah mandi selama satu bulan. Kami berdua larut dalam bercanda, sampai saya tertidur. Percakapan saya dengan Benny seputaran belum mandi sebulan hingga akhirnya dia berpulang, jaraknya hanya seminggu.

Sampai jumpa Bagus/Benny/Gummy, teman baik, yang telah mengenalkan saya kepada lusinan teman baik lainnya. Mengenalkan saya yang memang agak kaku, untuk punya teman main. Untuk memberikan kita semua semangat.

Kita semua rindu akan gelak tawa, dan becandaan garing di studio. Aksi diem aja saat manggung, padahal kita udah heboh. Kita semua rindu itu. Semoga tenang disana, maaf Ben saya tidak bisa menemuimu saat kembali.

Satu langkah kedepan, Bang Ben!

Salam.
Kawan baikmu,
Riar.


6.20.2011

VIDEO:WRK #02





VIDEO:WRK #02

PROGRAM
18 June 2011 | 18.00 | C2O // Screening, Discussion | Slamet Abdul Sjukur

21 June 2011 | 18.30 | CCCL // Opening Ceremony
| 19.00 | CCCL // Opening Party (ELECTROWORK + VJ CULTURE)

22 June 2011 | 15.00 | CCCL // Discussion | WAFT (Surabaya) + Ruang Rupa (Jakarta)

23 June 2011 | 12.00 | Mini Theatre FISIP UNAIR // Presentation | WAFT (Surabaya) + KINETIK (Surabaya)
| 19.00 | Aiola Store // Artist Gathering

24 June 2011 | 16.00 | CCCL // Artist Talk | Agoes Sam + Club Sakit Jiwa Pandan
| 22.00 | Club 39 // Closing Party | All Participant


Abi Rama - Jakarta
Aditya Adinegoro – Surabaya
Aditya Dony Suryawan – Sukoharjo
Aditya Fachrizal Hafiz - Jakarta
Adythia Utama – Jakarta
Agoes Sam – Surabaya
Audrey Gleizes - France
Al Harif Jaya – Surabaya
Anas Etan – Bali
Andang Kelana – Jakarta
Angga Cipta - Jakarta
Anggito Rahman – Yogyakarta
Aprizal Phleg N – Surabaya
Arghubi Rachmadia – Surabaya
Artiandi akbar - Bandung
Ary Dian – Gresik
Ari Dina Krestiawan – Jakarta
Asy Syams – Sidoarjo
Bagasworo Aryaningtyas – Jakarta
Bambang Kurniawan – Surabaya
Benny Wicaksono – Surabaya
Cahyo Wulan Prayogo – Surabaya
Chloe Merigot - France
Christo Vittorio – Surabaya
Club Sakit Jiwa Pandan – Surabaya
Danial Rifky - Jakarta
David Darmadi – Padang
Deni Septiyanto - Jakarta
Eko Ende Hariadi – Surabaya
Eldwin Pradipta - Bandung
Erwin Hermawan - Jakarta
Fibri Shabirin – Sidoarjo
Franciska Christine - Jakarta
Gelar Agryano Soemantri – Jakarta
Handoko – Surabaya
Helmi Hardian – Surabaya
Hendra Bhakti - Jakarta
Henry Foundation – Jakarta
Hendry Ong - Jakarta
Heytuta Mashur - Jakarta
Indrani Ashe – Yogyakarta
I Gede Adhi JP - Jakarta
Iqi Qoror – Surabaya
Jatmiko Wicaksono – Boyolali
Jean-Gabriel Periot – France
Josephino Meilano – Sidoarjo
Juventius Sandy Setyawan – Surabaya
Kresna D. Wicaksana - Jakarta
Kukuh Rizal - Bandung
Mahardika Yudha – Jakarta
Mahargyo Jati Nugraha - Jakarta
Maulana Adel Pasha – Jakarta
Muhammad Fauzi – Jakarta
Nala Nandana Undiana – Yogyakarta
No.E Sakana – USA
Nova Anggoro - Jakarta
Novielisa – Surabaya
Pijar Crissandi – Sidoarjo
Ray Sangga Kusuma - Jakarta
Renal Rinoza Kasturi – Tangerang
RESdept-the departure – Yogyakarta
Riar Rizaldi – Bandung
Rizky Juniartama – Surabaya
Syaiful Anwar – Jakarta
Tasya P. Maulana - Jakarta
Taufik Monyong – Surabaya
Tiger Sprong - Jakarta
Wimardana Herdanto – Surabaya


Come and see my stupid homage tribute video for the almighty Chantal Akerman's Jeanne Dielman, 23 Quai du Commerce, 1080 Bruxelles. Based on basic of human boredoms, this video just visualized one girl, other pessengers, train' noises, and full-set of boring scene.

Kudos to Natasha Gabriella Tontey.


Ennui from Riar Rizaldi on Vimeo.

5.03.2011

Hatchet and Other Things Undone

Yo, how things going on out there? Nicely sun?

Setelah sekian lama malas untuk membuat jurnal dan menulis 'apapun' itu yang sedang ingin saya keluhkan, ahirnya dengan alasan sedikit subtil, dan iming - imingan Wordpress yang menjanjikan banyak hal dari email yang mereka kirim terus menerus (saya pernah mencoba Sign Up di situs satu itu), saya memutuskan untuk kembali menulis jurnal ini. Seperti biasa dan seperti kebanyakan orang lainnya, blog ini hanya berisi rants, whine, dan unek unek lainnya. Yes, feel free untuk mengumpat isi tulisan disini!



Ahir - ahir ini saya tidak bisa membuang pikiran saya jauh - jauh dari karya monumental seorang Adam Green, Hatchet I & II. Romantisme saya terhadap Adam Green kembali terkuak setelah saya menonton Hatchet II awal Januari kemarin. Hatchet terus berotasi di otak saya selama kurang lebih 4 bulan terahir ini, dan sudah genap 8 kali pun saya menonton 2 film tersebut (3 kali untuk Hatchet I periode 3 tahun lalu dan 5 kali untuk Hatchet II dimulai sejak Januari kemarin). Film ini memberikan saya glorifikasi maksimum atas tontonan dijaman Ayah masih sering menyewa VHS untuk kemudian di tonton anaknya, yes (iya, saya tau ayah saya memang sedikit sakit untuk memberikan anaknya tontonan tidak bermutu), 80's slasher on their best way! Dengan kumpulan montase - montase gemilang dari Friday the 13th (4 seri awal), sedikit Motel Hell, dan tentunya sedikit kekonyolan ala Troma, film ini bisa memberikan aplus standing ovationally bagi subjektifitas saya dalam mengapresiasi karya tipikal. Juga, dengan rancangan villain-nya yang tidak terlepas dari kesan badass berlebih. Siapa yang tidak akan takut ketika melihat orang seperti ini muncul di perjalanan kalian pulang?


Victor Crowley itu seperti hal nya Jason di dekade ini, ikonik tanpa harus menjadi overrated.

Jika di tilik lebih jauh dan mungkin akan sangat jauh (mengingat film tipikal seperti ini sama sekali tidak pernah punya pesan apapun selain dosis fun yang berlebih), Hatchet itu punya sindiran tersendiri terhadap rasisme hingga ke dialog - dialog nya yang tentunya tidak secara eksplisit sedikit banyak mengandung sindiran terhadap Redneck, tapi siapa peduli akan hal itu? Ini tontonan tipikal, yang sama sekali tidak perlu mengeluarkan neutron untuk berfikir "mereka ini ingin menyampaikan apa."

Ah, give Adam Green the best shoot! Really loves his works. Berbicara Adam Green, jadi ingat karya dia yang lainnya; Frozen. Frozen mungkin adalah projek serius Adam Green dalam penggarapan film horror - horrornya, Frozen memang tidak jelek, tapi watermark Green's horror menurut saya tetap jatuh di Hatchet. Adam Green terlihat benar benar menikmati romantisme nya dengan sinema busuk amerika 80an.

Sayangnya film seperti Hatchet ini jarang sekali muncul, mungkin karena memang film seperti ini mempunyai target pasar yang sangat segmented dan para produser pun enggan untuk gambling masalah untung tidaknya. Oh, betapa tidak menyenangkan nya hidup di bumi ini ketika semua orang masih meributkan keuntungan dan kerugian. Tapi itulah manusia, manusia tanpa ego dan jiwa adalah mayat.

Anyway, fuck Wordpress!
----------------------------------------------------------------------------

Reading:

Generasi MTv - Dadang Rusbiantoro
The B List: The National Society of Film Critics on The Low-Budget Beauties, Genre-bending, Mavericks, and Cult Classic We Love - David Strerritt & John Anderson

Listening:

Captain Three Leg - Shattered Limbs Braided Into the Spokes of the Death Machine CDR
Jude - Apapun Itu EP
Abadi Soesman Band - Jazz Masa Kini Tape
The Authentics - Pencuri Hati CD
Jeremy Monteiro - Golden Year Inaugural Volume 1 CD
The Foundation - Build Me A Buttercup Single

3.29.2011

I Missisipi You (2011)

I Missisipi You. A personal project. Simply, its just about cummunications, about how the communications will established without anykind of basic communicate itself (talks, chats, phone, message, etc), and visualized it just like when you write any forgettable things in your sticking memo. A story about subversive crush onto conventional way to communicated without any discommunicate. Back to the deepest thing in human story, every people need to communicate what they're feel, what they're sense, and what they're want to share it.

So, i do this thing, make some communication with anything around my daily activities with the memo thingy (like we used to do in our daily work ethic), and says "hello" to everything. The "I Missisipi You" sentece means to driven a point of how i could missed everything that come and go in my entirely life. The air, concrete, God, pollutant, water, asphalt, frog, sewer, Volkswagen, rain, wind, machine, your smile, your shoes, your laugh, anything, anything that always be a path on my way home.

Everything, anything.


21st March, 12 : 13 PM / Angkot Cisitu - Tegalega


21st March, 04 : 50 PM / Mediterania Garden


21st March, 11 : 00 PM / Central Park


22nd March, 10 : 23 AM / Soekarno Hatta Airport


22nd March, 05 : 45 PM / City Square Serangoon


23rd March, 12 : 10 PM / Sentosa Island


24th March, 11 : 55 AM / Marina Bay


25th March, 02 : 30 PM / S'pore River